07 June 2007

Mendeteksi Penyakit dengan Iridologi

"ADA pelangi di bola matamu yang memaksa diri tuk bilang aku sayang padamu..." lagu grup musik Jamrud tersebut sudah akrab di telinga, yang menunjukkan makna mata sebagai jendela hati, yang dapat mengungkap isi hati. Namun mungkin Jamrud belum tahu bahwa mata juga merupakan jendela untuk menyingkap penyakit. Ilmu untuk mendiagnosa penyakit atau kelemahan organ dari mata ini disebut iridologi.

Iridologi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Kriege lewat bukunya Chiromatica Medica di Dresden Jerman pada 1670. Selanjutnya Chart of Iridologi dikemangkan oleh Bernard Jensen yang dikenal sebagai Bapak Iridologi Modern.

Sejumlah klinik kesehatan yang baru berdiri di Jakarta muncul dengan tawaran diagnosa penyakit menggunakan iridologi yang kemudian diterapi dengan terapi holistik seperti herbal, bekam, akupunktur dan lain-lain. Sejumlah perusahaan Network Marketing pun mengajarkan Ilmu Iridologi ini untuk membantu para distributornya dalam mendiagnosa penyakit pasien.

Ternyata mata memiliki kurang lebih 28 ribu saraf otonom yang terhubung dengan saraf-saraf organ tubuh lainnya. Uniknya keakuratan data dari pemeriksaan mata tidak terpengaruh oleh mata berair, mata merah karena kurang tidur, kelelahan, buta warna atau katarak.

Iridologi berasal dari kata iris atau selaput pelangi di mata. Ilmu ini percaya bahwa kondisi tubuh manusia biasanya tercermin dalam kondisi dan keseimbangan dalam mata manusia. Semakin banyak penyimpangan, baik dari bentuk maupun warna mata normal, maka kondisi kesehatan si pasien bisa kelihatan.

Sayangnya, terapi ini belum mendapatkan kesepakatan dari kedokteran barat. Penolakan mereka didasarkan pada argumentasi bahwa selaput pelangi mata itu kondisinya memang berubah-ubah.

Padahal dari penelitian para ahli iridologi ditemukan bahwa perubahan-perubahan kondisi mata itulah yang sesungguhnya punya makna tersendiri. Dr Ignatz von Peczely dari Hongaria pernah melihat guratan garis hitam di bagian mata seekor burung hantu yang patah kakinya. Setelah luka kaki burung sembuh beberapa minggu kemudian, Peczely melihat gurat hitam itu ternyata juga berangsur menghilang.

Sejak saat itu Peczely juga mulai tertarik pada bidang iridologi ini. Malah Peczely kemudian sempat menjadi ahli otopsi untuk memastikan keberadaan penyakit yang diperkirakan dari iris mayat sebelum meninggal.

Pemeriksaan iridologi bisa dilakukan secara digital, dengan menggunakan kamera digital. Syaratnya kamera tersebut harus memiliki fasilitas macro 1-3 cm, agar dapat dipergunakan untuk memotret dari jarak dekat. Selanjutnya gambar dalam format jpg hasil jepretan kamera digital itu diupload ke komputer untuk dilakukan analisa.

Menurut para iridolog, ditemukan bahwa iris mata memiliki tujuh topografi yang menggambarkan kondisi organ-organ tubuh. Terdapat lingkar penting yang disebut Autonomic Nerve Wreath yang menggambarkan kondisi pencernaan yang berakibat pada saraf otonomik.

Dengan mengamati selaput pelangi mata dan membandingkannya dengan kondisi normal, kita bisa melihat lemah kuatnya kondisi tubuh. Keseimbangan dalam organ dan sistem tubuhnya. Dari situ kita bisa menganjurkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuhnya, terapi holistik apa yang harus dilakukan. Iridologi akhirnya bisa dikaitkan dengan terapi holistik atau homeopati.

Kelemahan dari iridologi adalah tidak dapat secara spesifik jenis penyakit atau gangguan yang diderita suatu organ. Misalnya dijumpai tanda lession pada tyroid, namun tidak dapat ditentukan apakah hypert ataukah hypo. Dibutuhkan terapi tambahan untuk menentukan lebih spesifik.

Mungkin inilah sebabnya, sedikit dokter yang menggunakan iridologi. Karena pengobatan medis membutuhkan diagnosa yang spesifik. Sedangkan pengobatan holistik tidak membutuhkannya.

Dari hasil diagnosa iridologi, terapi yang diperlukan bisa beragam, bisa juga digabung misalnya terapi akupunktur dengan bekam. Iridologi hanya bersifat memelihara dan menganalisa. Pengobatan menjadi tugas terapi holistik lainnya, khususnya herbal. Saat inipun populer therapy menggunakan Jus dan Food Combining.

Jika ada gangguan kesehatan, biasanya polanya akan membentuk seperti robekan, pecahan, jalinan-jalinan yang bolong atau lompatan gradasi warna, tanda ini disebut lession. Misalnya saja warna putih keruh melingkar di iris mata biasanya diasosiasikan dengan tingginya kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

Untuk pemeriksaan biasanya menggunakan alat light-pen yang biasa digunakan para dokter. Bisa juga menggunakan alat seperti refraksi mata yang digunakan oleh optik atau dokter mata.

Sekadar untuk menjaga kesehatan, pemeriksaan iridologi sebaiknya dilakukan minimal enam bulan sekali. Kecuali ada keluhan mana sebaiknya bisa langsung diperiksa. Pemeriksaan dilakukan pada kedua belah mata untuk menunjukkan kondisi yang lebih lengkap.

Ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi ketika hendak melakukan pemeriksaan. Pertama, sebaiknya tidak sedang sakit mata. Akan sangat sulit mendeteksi iris mata dalam kondisi ini. Syarat kedua, adalah sebaiknya pasien tidak sedang dalam kondisi stres. "Dalam keadaan stres, zona limfatik di iris mata juga akan berubah bentuk. Akan butuh waktu 2-3 jam untuk mengembalikan ke kondisi normal sebelum dideteksi."

Yang jelas, diagnose iridologi ini lebih menyenangkan, tidak sakit, dan murah biayanya. Bahkan memiliki kelebihan, dapat lebih dahulu menemukan adanya kelemahan organ, dimana laboratorium belum dapat mendeteksinya. Berbagai penyakit bisa dideteksi seperti depresi, kadar toksid, hambatan nutrisi tubuh, gangguan pencernaan, kelemahan organ-organ penting, kolesterol, kadar sodium darah, dll.

Ingin belajar, lihatlah Agenda Pelatihan di sisi kanan page ini, atau hubungi empunya blog ini.

2 comments:

Anonymous said...

Penjelasannya panjang dan sangat bagus.
Info gunakan analisa lain untuk memperjelas tanda di iris.

Demo Program iris ada di http://www.stoprokok.blogspot.com

Semoga berguna.

Anonymous said...

Mas Agung! saya sangat tertarik sekali ingin mempelajari iridiologi ini, tolong ya Mas informasinya klo ada pelatihan berikutnya dari HPA. terima kasih...