Sebelum tahun 1960, penduduk Jepang tidak mengkonsumsi susu. Ternyata penduduk Jepang yang berusia lanjut tidak ada yang menderita osteoporosis. Sejak tahun 1960, di Jepang dipopulerkan mengkonsumsi susu olahan dan ternyata setelah itu dijumpai banyak sekali kasus osteoporosis. Mengapa hal ini dapat terjadi?
Susu tinggi Kalsium dipercaya lebih mudah diserap. Saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah meningkat, tubuh berusaha mengembalikan keadaan abnormal ini menjadi normal dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Demikian juga tubuh melepas sebagian kalsium dari tulang dan gigi. Dengan kata lain, jika Anda mencoba minum susu dengan harapan mendapatkan kalsium, hasilnya sungguh ironis, yaitu menurunnya jumlah kalsium dalam tubuh Anda secara keseluruhan. Dari empat negara susu besar, yaitu Amerika, Swedia, Denmark dan Finlandia yang banyak mengkonsumsi susu setiap harinya, ditemukan banyak kasus retak tulang panggul dan osteoporosis. Hal ini kemungkinan disebabkan Susu Tinggi Kalsium ditambahkan kalsium secara tidak alami, berbeda halnya dengan kalsium yang semula-jadi sudah ada di susu tersebut.
Sebaliknya dengan mengkonsumsi ikan-ikan kecil dan rumput laut yang selama berabad-abad dimakan oleh bangsa Jepang dan pada awalnya dianggap rendah kalsium, ternyata hampir tidak ada kasus osteoporosis di Jepang selama masa rakyat Jepang tidak minum susu.
Fakta-fakta lain tentang susu yang diperoleh adalah sebagai berikut :
- Tidak ada makanan yang lebih sulit dicerna daripada susu sapi olahan. Kasein yang banyak terdapat pada susu sapi olahan, langsung menggumpal saat memasuki lambung sehingga menjadi sangat sulit dicerna.
- Komponen susu yang dijual ditoko telah dihomogenisasi dan menghasilkan radikal bebas dan telah teroksidasi. Susu yang mengandung zat lemak teroksidasi mengacaukan lingkungan dalam usus meningkatkan jumlah bakteri jahat dan merusak keseimbangan flora bakteri dalam usus.
- Kebanyakan susu dipasteurisasi dengan sistem UHT (Ultra High Temperature). Pasteurisasi ini dengan memanaskan hingga suhu 120-130 derajat selama 2 detik. Enzim sensitif terhadap panas dan mulai terurai pada suhu 48 derajat dan pada suhu 115 derajat telah hancur seluruhnya.
- Kadar Kasein dan Laktoferin dalam susu sapi sangat berbeda jauh dibandingkan dengan ASI. Sehingga boleh disimpulkan bahwa susu sapi memang hanya untuk anak sapi. Susu sapi murni tidak cocok dikonsumsi berketerusan bahkan digunakan sebagai makanan pengganti. Susu murni dengan pengolahan yang benar akan memberikan manfaat diberikan dalam jumlah terbatas.
- Manusia dewasa tidak memiliki cukup banyak enzim laktase untuk mengurai Laktosa dalam susu. Hal ini menyebabkan susu tidak dapat diolah oleh pencernaan dengan baik, ditambah lagi dengan banyaknya komponen teroksidasi pada susu olahan menjadikan susu sangat memberatkan kerja pencernaan.
Demikian kesimpulan tentang susu, untuk jelasnya silahkan dibaca sendiri buku The Miracle of Enzyme yang menjadi referensi saya dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat.
Tambahan dari penulis:
Hasil kajian dari lembaga penelitian di Malaysia, susu kambing lebih dekat dan sesuai dengan tubuh manusia. Jika diolah dengan baik bisa jadi alternatif pengganti.
Menurut saya, harus diperhatikan nutrisi pengganti yang mencukupi. Jangan sampai terjadi, menghindari susu namun berakibat kekurangan nutrisi. Nutrisi bisa diperoleh dari makanan berkualitas dan alami seperti susu kambing, susu kedelai, madu, habbassauda, spirulina, ikan, kacang-kacangan, sayur dan buah.
Ingin mendapatkan info2 bermanfaat? Follow di http://twitter.com/alwahida